Genbest, apakah kamu tahu usia ideal untuk menikah? Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) usia ideal menikah untuk perempuan Indonesia seharusnya minimal 21 tahun.
Usia 21 tahun terkait erat dengan persiapan kognisi sebelum kita masuk dalam jenjang pernikahan. Apa itu persiapan kognisi? Pada IG Live tentang “Ekspektasi & Realita Kehidupan Berumah Tangga, Apa Saja Sih yang Perlu Dibahas dengan Calon Pasangan Sebelum Menikah?” yang diselenggarakan oleh akun Instagram @genbestid beberapa waktu lalu, narasumber Inas Zahra, S.Psi., M.Psi, Educational Psychology Practicioner, menjelaskan persiapan kognisi ini terkait dengan otak manusia yang terus berkembang.
Baca Juga: Infografis: 4 Efek Negatif Menikah di Usia Anak
Menarik diketahui, bagian otak yang terakhir berkembang adalah otak bagian depan yang disebut prefrontal cortex, yang berperan dalam fungsi intelektual, seperti berpikir kritis. “Nah, prefrontal cortex baru terbentuk di usia 20-an, rata-rata usia 21-25 tahun,” jelas Inas.
Tidak heran, usia pernikahan disarankan di usia 21 tahun karena pada saat inilah seseorang idealnya sudah dapat berpikir dengan lebih matang dan kritis dalam memecahkan problem solving, termasuk berbagai masalah rumah tangga.
Baca Juga: Bahaya Pernikahan Dini Sebagai Penyebab Stunting
Selain persiapan kognisi, persiapan lain yang diperlukan adalah persiapan mental dan emosi. Karena itulah saran Inas, sebelum memasuki jenjang pernikahan, Genbest dan pasangan ada baiknya menjawab tiga pertanyaan ini:
1. Bagaimana cara kita mengelola emosi ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman? Ketika dikritik oleh pasangan atau berselisih pendapat, misalnya, apakah kamu tipe yang marah lalu update status galau di medsos atau tipe yang banting pintu? Kalau jawabannya masih jauh dari ideal seperti itu, berarti kita perlu lebih fokus pada persiapan emosi ini.
2. Apakah saat pernikahan nanti kita berharap pasangan berubah?
Contoh, lebih pengertian, lebih lembut, lebih mau mendengarkan? Ekspektasi-ekspektasi seperti ini oleh pakar relationship sering disebut sebagai silent marriage killer, hal yang bisa diam-diam menghancurkan sebuah perkawinan. Namun ini bisa disiasati dengan mengomunikasikan harapan kita secara baik-baik pada pasangan
3. Bagaimana pendapat pasangan tentang nilai-nilai krusial terkait rumah tangga?
Seperti soal anak, perselingkuhan, KDRT, dan sebagainya. Terkadang nilai-nilai yang penting bagi kita belum tentu penting bagi orang lain, karena itulah perlu diobrolkan bersama.
Baca Juga: Konsumsi Makanan Penyubur Kandungan Ini agar Cepat Hamil
Bagaimana bila ada perbedaan ekspektasi dengan realita setelah pernikahan?
Saran Inas, kalau perbedaan itu masih bisa ditoleransi, maka perlu dikomunikasikan. Dengan begitu, Genbest dan pasangan jadi tidak tahu ekspektasi masing-masing. “Misalnya, istri ideal menurut kita adalah yang bisa masak. Ternyata, dari kacamata suami, istri yang ideal nggak perlu jago masak, melainkan yang bisa berkata dengan lembut. Nah, ekspektasi seperti itu bisa nggak ketemu kalau tidak dikomunikasikan,” jelas Inas.
Selanjutnya, bila Genbest dan pasangan sudah memahami ekspektasi masing-masing, maka fokuslah pada problem solving, yaitu apa yang bisa dilakukan paling tidak untuk mendekati ekspektasi itu.
“Jadi ketika ekspektasi itu tidak terpenuhi, jalan keluarnya bukan berpisah, tapi komunikasikan dan fokus pada penyelesaian masalah,” Inas mengingatkan.
Nah, selamat mempersiapkan pernikahan, Genbest! Semoga lancar!
Baca Juga: Pastikan kamu sudah melakukan 9 tes kesehatan ini sebelum menikah
TENTANG KAMI
GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.