20 Sep

Akhir-akhir ini di media massa sedang ramai diberitakan mengenai seks bebas di kalangan remaja. Seperti yang dikutip dari kumparan.com, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pernah menyoroti adanya pergeseran usia remaja dalam melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya. Pada tahun 2008, 60% remaja pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia 21 tahun. Namun, survei pada tahun 2023 menyatakan bahwa 60% remaja mengaku melakukan hubungan seksual pertama kalinya pada usia 16-17 tahun.

 

Tentu data hasil riset BKKBN ini menyebabkan kekhawatiran bagi orang tua. Pasalnya, seks bebas di kalangan remaja punya berbagai dampak negatif yang patut diwaspadai. Berikut datanya yang bisa Genbestie simak.

 

Dampak Seks Bebas di Kalangan Remaja

 

ilustrasi dampak seks bebas remaja

 

Ada beberapa dampak seks bebas remaja yang wajib menjadi perhatian orang tua. Dampak pertama adalah mengenai kesehatan organ reproduksi, seperti risiko terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/ AIDS, serta tindakan aborsi.

 

Baca juga: Penting Buat Remaja Putri: Risiko Melakukan Seks Sebelum Menikah

 

Tak hanya itu, kehamilan pada remaja dapat meningkatkan risiko kesehatan bayi seperti stunting, kelahiran prematur, dan keguguran. Hal ini bisa terjadi karena remaja belum mendapatkan edukasi menyeluruh tentang kehamilan dan gizi bayi. Akibatnya, kebutuhan gizi anak pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tidak tercukupi.

 

Selain dampak kesehatan, seks bebas yang berakibat pada Kehamilan yang Tak Diinginkan (KTD) nantinya akan berdampak secara sosial. Salah satu akibatnya yaitu meningkatnya angka dispensasi nikah di kalangan remaja. Pada tahun 2022, BKKBN mencatat sebanyak 52 ribu remaja usia kurang dari 19 tahun mengajukan dispensasi menikah. Mirisnya, angka ini naik enam kali lipat sejak tahun 2016.

 

Dampak dari seks bebas remaja yang tidak main-main ini perlu menjadi catatan penting bagi orang tua. Oleh karena itu, sebelum terlambat, Genbestie bisa menerapkan 5 langkah ini untuk mencegah seks bebas di kalangan remaja.

 

Baca juga: Tips Pendidikan Seksual dan Reproduksi Sesuai Usia Anak

 

Langkah Mencegah Seks Bebas Remaja

 

ilustrasi cara mencegah seks bebas

 

1. Perkuat komunikasi dengan anak

Menurut UNICEF yang dikutip dari buku ‘Penyusunan Program untuk Pengasuhan Remaja’, program pengasuhan yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi remaja. Salah satu bentuk dari program pengasuhan adalah dengan memperkuat hubungan dekat antara orang tua dengan anak. Dengan memiliki hubungan yang lebih erat, orang tua akan lebih peka terhadap situasi berbahaya, seperti perilaku seks bebas, yang mungkin dihadapi anak.

 

2. Berikan anak edukasi tentang seks dan kesehatan reproduksi

Genbestie sebagai orang tua bisa memberikan edukasi kepada anak mengenai seks dan kesehatan reproduksi sedini mungkin, yaitu mulai usia 0-3 tahun. Menurut dokter Fadhli Rizal Makarim yang dilansir dari Halodoc, pada usia anak balita, orang tua dapat mengenalkan nama anggota organ reproduksi sesuai dengan namanya. Jika pada remaja, ada berbagai cara yang bisa dilakukan. Contohnya adalah dampak KTD dan aborsi jika seks bebas mengakibatkan kehamilan pada remaja. Tak lupa juga untuk mengajarkan pada anak bahwa perilaku seks bebas bisa mengakibatkan anak terjangkit PMS dan HIV/ AIDS.

 

3. Membangun sinergi pengasuhan

Pencegahan seks bebas memerlukan kolaborasi antara berbagai lembaga sosial. Orang tua, baik ayah maupun ibu, harus memahami aspek psikologis remaja dan memiliki persepsi yang sama dalam pola pengasuhan. Selain itu, orang tua juga diwajibkan untuk menjalin koordinasi dan komunikasi baik dengan pihak sekolah maupun lingkungan sosial guna memonitor serta mengawasi pergaulan anak.

 

Baca juga: Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

 

4. Arahkan anak mencari layanan pendukung

Saat ini sudah banyak layanan yang menyediakan informasi tentang pencegahan seks bebas. Misalnya di sekolah ada program konseling untuk siswa dan program Generasi Berencana (Genre) dari BKKBN untuk remaja. Arahkan anak untuk mencari layanan pendukung agar semakin memahami edukasi tentang seks bebas.

 

5. Menyeleksi tontonan dan bacaan anak

Di era seperti sekarang, sebagai orang tua, Genbestie harus melakukan seleksi terhadap konten yang akan dikonsumsi anak. Menurut Hardita Amalia sebagai konsultan parenting sekaligus pemerhati pendidikan seperti yang dikutip dari Sahabat Keluarga Kemendikbud, kita tidak bisa menghindari fakta bahwa ada banyak konten seronok yang ditonton anak dari gawai. Ia juga menyarankan daripada hanya asyik dengan smartphone, lebih baik melibatkan anak untuk melakukan kegiatan aktivitas edukatif atau pembelajaran fun learning.

 

Seks bebas di kalangan remaja memang sedang mengkhawatirkan. Tapi dengan menerapkan 5 langkah ini, Genbestie sebagai orang tua bisa mencegahnya sedini mungkin. Yuk, jangan lupa untuk melakukan tipsnya, ya.

 

----

 

Sumber:

 

Buku Panduan Penyusunan Program untuk Pengasuhan Remaja - UNICEF

 

https://www.instagram.com/p/CvJ9OtdSwVs/?igshid=MzRlODBiNWFlZA%3D%3D

 

https://www.instagram.com/p/CvKct-kSqZ_/?img_index=6

 

https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/05/19000091/5-cara-orangtua-mendidik-anak-sekolah-agar-terhindar-pergaulan-bebas

 

https://www.halodoc.com/artikel/usia-yang-tepat-untuk-mulai-pendidikan-seks-pada-anak

 

https://www.kemenkopmk.go.id/cegah-prilaku-seks-di-luar-nikah-dan-aids-pemerintah-fokus-kalangan-remaja

 

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/29/kesehatan-reproduksi-

TENTANG KAMI

GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.

How to coax children
To Top