4 Jul

Saat memasuki usia 6 bulan, idealnya bayi mulai diperkenalkan MPASI untuk menghindari gangguan pertumbuhan, termasuk masalah stunting. Namun tidak selamanya memberikan MPASI berjalan lancar. Banyak orang tua yang anaknya “mogok makan” alias melakukan gerakan tutup mulut (GTM). Yang terkadang tidak disadari, GTM itu bisa disebabkan oleh anemia defisiensi besi (ADB) yang ternyata dialami anak. 

 

Anemia Defisiensi Besi Picu GTM?

Menurut IDAI, bayi berusia 6-12 bulan tumbuh begitu cepat sehingga rentan terkena Anemia Defisiensi Besi(ADB). Kondisi ADB biasanya terjadi pada bayi yang hanya minum ASI saja (tidak diberi MPASI) meski sudah berusia 6 bulan. Di usia ini, seperti kita ketahui, ASI tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan zat besi yang semakin meningkat.

 

ADB bisa juga disebabkan bayi mendapat MPASI namun MPASI-nya kurang zat besi. Misalnya, bayi jarang mengonsumsi MPASI dari olahan daging atau hati ayam yang kaya zat besi. Atau bila si kecil mengonsumsi MPASI instan yang diperkaya zat besi, namun tetap menderita ADB, biasanya ini terkait dengan frekuensi pemberiannya yang kurang dari 2 kali per hari. 

 

Nah, salah satu dampak kekurangan zat besi adalah hilangnya nafsu makan sehingga tak heran anak yang terkena ADB sering melakukan gerakan tutup mulut. Akhirnya ini menjadi suatu mata rantai yang sulit terputus. Asupan nutrisi untuk mengatasi ADB adalah dengan mengonsumsi makanan mengandung zat besi. Tapi kalau nafsu makan anak hilang, bagaimana cara kita memasukkan zat besi ke tubuh si kecil? 

 

Baca Juga: Kenali Gejala Bayi Kekurangan Zat Besi dan Cara Mengatasinya

 

Skrining ADB

Nah, untuk memutus mata rantai itu, sebaiknya saat si kecil sering GTM dan berat badannya stagnan alias tidak naik-naik, konsultasikan kondisi ini pada dokter spesialis anak. Bila ada kecurigaan ke arah anemia, umumnya dokter akan meminta si kecil untuk menjalani skrining anemia defisiensi besi. 

 

Bila terbukti si kecil menderita ADB, mungkin ia akan diresepkan suplemen zat besi (tablet atau sirup) untuk membantu mengembalikan kadar zat besinya ke normal. Dokter biasanya juga akan memerinci tentang efek samping suplemen zat besi, seperti dapat mengubah kotoran si kecil menjadi hitam dan dapat menyebabkan konstipasi atau sakit perut.

 

Pola makan anak juga harus diubah, yakni dengan menambahkan makanan kaya zat besi pada MPASI-nya. Contoh, sereal yang diperkaya zat besi, kacang-kacangan, kuning telur, sayuran berdaun hijau tua (bayam, kangkung), hati ayam, daging , misalnya, daging sapi, ayam dan ikan.

 

Agar lebih optimal, sebaiknya rutinlah melakukan pengulangan skrining ADB setiap 6 bulan hingga setahun sekali. Baca lebih lanjut mengenai tanda anemia pada anak di sini.

 

Baca Juga: Langkah Pengenalan MPASI untuk Bayi Kurus

TENTANG KAMI

GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.

How to coax children
To Top